Home Prof Gapcer BERSIAPLAH 2015

BERSIAPLAH 2015

0
BERSIAPLAH 2015

2015-cartoon

 

Tulisan ini saya dapatkan dari seseorang yang sangat saya Hormati. Jika setelah membaca ini, ada banyak pertanyaan hendaklah kita berfikir positive. Ambil Hikmah dan segi positive nya saja. Demi siapa? Demi kehidupan kita yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

“Saudara saudara, dua atau tiga tahun yang lalu saya diberi sebuah penglihatan. Tampak sebuah gunung, namun di atas gunung itu terdapat angka 2015 dan dibawahnya saya melihat banyak orang berlari-lari dengan sangat ketakutan dan Nampak seperti tanpa arah tujuan.
                Lalu, saya berdoa, berseru kepada Tuhan. “Tuhan, mengapa ini terjadi? Apa maksud Tuhan dengan semua ini?” lalu dalam hati saya ada sebuah suara yang mengatakan “Aku akan mengijinkan bencana besar menimpa bangsa ini, karena sudah tidak ada lagi kasih di bangsa ini.”
 
                Semenjak saya menerima penglihatan itu, hingga saat ini saya hanya berani bercerita kepada keluarga dan beberapa teman saya. Namun, saya selalu mengamati perkembangan yang terjadi dari hari ke hari dan sampai pada saat ini apa yang dikatakan Tuhan benar adanya.
                Orang melakukan korupsi seperti seorang pahlawan yang pulang dengan kemenangan. Mereka bersuka seolah mereka bangga telah melakukan korupsi. Tawuran dimana-mana, perampokan merajalela, pembuhan dimana mana. Orang dewasa berbuat jahat, anak anak melakukan kejahatan, bahkan ada satu kejahatan yang benar benar membuat kita sedih, ibu ibu rela menjual bayinya. Ibu yang seharusnya menjaga dan melindungi serta mengasihi buah hatinya malah dia sendiri yang rela menjualnya.
                Maka, menurut saya wajar bila Tuhan mengijinkan bencana besar terjadi di bangsa ini. Dimana ada bencana pasti ada kematian saudara saudara. Saya menulis ini karna saya mengasihi anda semua. Saudara boleh percaya dan jika saudara tidak percaya juga diperbolehkan, saya ingin mengajak kepada saudara saudara semua, mari kita intropeksi diri kita dan perhtikan sekeliling kita. Masih adakah kasih yang sempurna di hati kita dan mereka?
                Prinsip hidup, bukan saat aku datang ke dunia ini yang aku takutkan, tapi saat aku kembali dari dunia ini yang aku sangat aku takutkan. Karena sebesar-besarnya kesusahan di dunia ini lebih besar kesusahan disaat kita menghadap Tuhan. Sesenang senangnya kita di dunia ini lebih senang disaat kita menghadap Tuhan.”