Home Cerdas Gadget “PEMBUNUH” Kreativitas

Gadget “PEMBUNUH” Kreativitas

0
Gadget “PEMBUNUH” Kreativitas

Prolog :

Suatu pagi saya berangkat sekolah, dengan riang gembira penuh dengan perasaan positif dalam kepala, membayangkan hal-hal ajaib apa yang akan saya temukan di sekolah, permainan apalagi yang dapat saya mainkan dengan teman-teman saya di sekolah , wahhh pokoknya hari yang sangat menyenangkan untuk mulai berlari menuju sekolah , dan seperti bayangan sebelumnya, saya temukan semua yang saya inginkan, pelajaran seru , teman yang asyik, permainan yang menantang , pokoknya saya dapat menuangkan semua rasa penasaran saya, kreativitas ,dan pengehtahuan baru setiap saya kesekolah, kira-kira sperti itulah gambaran ketika saya masih menduduki bangku TK dan SD

Menurut pengalaman saya diatas pantaskah mereka disebut generasi SAMPAH ?? jika semua pemuda seperti ini apa yang akan terjadi dengan masa depan bangsa indonesia ini ? saya sangat peduli terhadap hal ini, saya pun buka situs BukaPikiran.com agar saya dapat menuangkan kekecewaan saya dengan fakta yang ada, dan mencoba membuka pikiran mereka tehadap semua fenomena ini, mengapa saya sebut sampah ? karena gak ada gunanya ! atau mungkin lebih rendah dari sampah karena masih bisa di daur ulang, aneh sering saya diminta orang untuk membenarkan laptop atau meng-Install sesuatu dalam laptop mereka, melihat laptop saya yang lebih keren dari sisi software, saya gunakan laptop biasa tahun 2007 tapi dengan Triple Boot, atau tiga Operating System dalam satu laptop, Windows – Hackintosh – dan Linux untuk mempermudah urusan kuliah saya di bidang IT, bukannya saya pelit membantu meraka, yang saya tawarkan adalah memberi tahu caranya biar mereka bisa praktek sendiri, mereka malah menolak, yang mereka mau serahkan laptop kepada saya dan minta dibuat seperti laptop saya, para Engineer IT pasti memahami maksud saya ini Terus terang saya kecewa , yang saya tawarkan adalah Ilmu, saya bukan tukang service atau Jasa Install atau reparasi, setiap saat saya cuma bilang “Gue kasih tau aj caranya ntar lu Install sendiri” dan anehnya saya malah dibilang pelit dan egois. Solusi :Mari berfikir dua kali, mari buka pikiran lihatlah fenomana disekeliling mu, apa yang salah, gadget ? gadget tidak salah, tapi para penggunanya lah yang salah, seperti pisau yang digunakan oleh pembunuh, apakah pisau yang salah ? bukan, orang yang menggunakan pisau untuk membunuh lah yang salah, ada juga orang yang menggunakan pisau dengan kepentingan lebih baik, seperti memasak, jadi gunakanlah gadget mu dengan benar, aturlah kegunaan -nya jangan sampai membunuh kretivitas dan menyita waktu mu,jangan sampai menjadi cuek terhadap orang sekeliling mu Get A Real Life

Tonton video ini , dan perhatikan baik-baik

Alangkah lebih baiknya gunakan Gadget tersebut dengan semestinya, saya sangat menghormati orang yang menggunakan gadget baik laptop atau hp untuk kepentingan bisnis dan pemasaran, untuk kepentingan yang memang seharusnya, bukan meninggalkan kehidupan nyata demi membalas atau chat pada bbm, seringkali ini di anggap sepele dan tidak terfikirkan, tapi tahukah kamu, bahwa dampak ini sangat luas seperti motto saya pada artikel sebelumnya

Seringkali mahasiswa terfokus pada gadget dibanding apa yang dijelaskan oleh dosen atau guru, seringkali kita meninggalkan lawan bicara demi membalas chat , seringkali kita tinggalkan tujuan utama untuk belajar melainkan untuk bermain game di saat seharusnya kita fokus untuk belajar, saya hanya ingin semua dapat berinteraksi layaknay manusia semestinya buka dengan HP, mari kita DISCONNECT to CONNECT , mari kembalikan kreativitas kita kembali seperti masa kecil dahulu, mari bersama-sama memmbangun bangsa yang lebih baik, saya buat artikel bukan karena saya marah atau kecewa, tapi saya ingin peduli terhadap sekitar, saya prihatin kepada para pemuda yang menginggalkan masa emasnya hanya untuk seperangkat alat elektronik yang merusak kreativitanya, jika anda suka dan peduli mohon di share artikel saya ini

Trivia :

SUTRADARA “BATMAN: THE DARK KNIGHT RISES” HIDUP TANPA HANDPHONE DAN E-MAIL

Saat hampir semua orang tak lepas dari penggunaan telpon seluler sebagai alat komunikasi, menggantikan amplop dan kertas dengan saling mengirim surat elektronik (e-mail), hal ini tak berlaku bagi Christopher Nolan sang sutradara The Dark Knight Rises. Agak mengejutkan memang, saat kesehariannya berjibaku dengan kecanggihan perangkat kamera dan memproduksi film beranimasi tinggi, ia sama sekali tak mempunyai telepon genggam. Bukan karena anti ataupun menentang teknologi, hanya saja ia sama sekali tidak tertarik.

Spoiler for Nolan:

Dikutip dari backstage.com , Nolan menuturkan :
“Saat saya pindah ke Los Angeles pada tahun 1997, pengguna ponsel masih sangat sedikit. Kini, selama 10 tahun terakhir saya bekerja, orang – orang disekitar saya dipastikan memiliki handphone. Benda itu hanya menyita waktu dan menarik konsentrasi, mereka lebih memilih texting daripada berbicara langsung. Ini suatu kemunduran dalam kegiatan berkomunikasi.”

Nolan sebelumnya telah diberikan ponsel khusus selama ia memproduksi film, namun tak digunakan. Bahkan, Warner Bros menyediakan alamat email untuknya dan baru ia ketahui beberapa tahun kemudian. Ada ribuan email yang masuk, mayoritas dari orang – orang penting. Nolan tak juga acuh, bagi dirinya bertemu dan berkomunikasi tatap muka adalah cara komunikasi yang paling real.

Beranjak menuju SMP saya semakin mantap dan tegap dalam melangkahkan kaki saya, saya orang yang tertarik dalam bidang IT, pada masa SMP saya dapat menuangkan rasa penasaran saya kepada teman-teman lain, kami bentuk kelompok kecil yang berusaha “adu” pengehtahuan terhadapnya, atau mungkin ada juga yang sedikit “sok tau” tapi kami tetap menikmatinya, kami kumpulkan periperal komputer satu-persatu seperti motherboard , processor , dan RAM merakitnya dan berfikir bagaimana caranya bekerja : “Kok bisa ya ??” , hmmm kira-kira seperti itulah pertanyaan kami setiap hari , setiap hari kami membahas tentang komputer dan teknologinya serta aplikasinya, ini sangat menyenangkan dan bahkan membuat saya rela naik sepeda setiap hari ke sekolah yang jaraknya lumayan jauh sekitar 4 KM, hanya demi menghemat biaya ongkos agar dapat membeli majalah komputer “CHIP” pada saat itu setiap bulanya

Tibalah saya menuju bangku SMA, saya harus berpisah pada kelompok kecil SMP saya dahulu, sangat sedih tapi yaaa apa lebih buat, berharap di SMA saya dapat menemukan kembali orang-orang seperti mereka, yup benar adanya saya menemukan orang-orang seperti mereka, meskipun hanya dua orang , kami berbagi pengehtahuan terhadap komputer , kami kecewa dengan tidak adalnya komunitas seperti ini di sekolah, akhirnya kami membentuk sebuah Eskul (Ekstra Kurikuler) tentang IT dengan nama UCS (Ubiquity Cyber School) :metal , kami bahas apapun mengenai IT baik dalam Hardware,Software,Programming dan Design mereka boleh saling sharing pengehtahuan mereka dan yup it’s fun , dan menyenangkan

Case :

Tapi… semua berubah ketika saya beranjak kuliah , meskipun saya kuliah dalam Teknik Informatika, saya tidak dapat kembali menemukan apa yang saya alami seperti SD,SMP dan SMA, aneh… mengapa ? apa yang salah ? :confused saya coba teliti dan pahami… teman-teman sekelas saya tidak ada lagi yang ingin membahas tentang komputer, mereka hanya mendengarkan penjelasan dari dosen aaaand … it’s gone ! lalu melakukan aktivitas lain seperti pacaran,main game, dan sibuk sendiri dengan twitter dan facebook mereka, saya coba bentuk sebuah komunitas, memang awalnya rame, tetapi satu-persatu terkikis, saya tidak puas… saya coba tanyakan pada orang tua, dan mentor mereka bilang, “ya memang seperti itulah kuliah, semua orang hanya mementingkan diri mereka masing-masing” , well.. saya tidak puas sama sekali dengan jawaban itu… saya coba teliti apa yang membuat mereka seperti anti-social dalam berinteraksi bahkan dalam bidang IT itu sendiri, apa yang membuat mereka mengikuti seminat IT HANYA mencari sertifikat tanpa mengehtahui apa materi yang disampaikan ? “well what they really after ?” ya kira-kira seperti itulah pertanyaan saya, dan saya mulai Buka Pikiran saya dan melihat sekitar, dan yep ! benar tepat dugaan saya , mereka hanya fokus oleh GADGET mereka , BlackBerry dan Laptop mereka ! so i start research about it , dan perlahan saya cari dampak dan pengaruhnya… mari saya bahas dibawah

[youtube height=”HEIGHT” width=”vI8pIUmRn_E[/youtube]

Pada awalnya gadget hanya menjadi side-kick dalam kehidupan manusia , alias pembantu mengurusi urusan komunikasi dan lainnya, tetapi lama kelamaan itu membunuh manusia itu sendiri jika sang manusia tidak dapat mengendalikanya, coba lihat sekitar dunia kamu, atau mungkin kamu sendiri, seberapa banyak kamu memegang blackberry dan lihat recent update BBM atau twitter atau facebook noification, aneh… kenapa para pengguna BB terutama anak muda di Indonesia hanya menggunakanya untuk kepentingan gaul semata, padahal fungsi gadget masih banyak lainnya, lihat orang sekeliling kamu, coba lihat ke cafe-cafe banyak orang yang duduk dan memandang BB mereka all over the time ! bahkan dalam kamar, pada saat guru mengajar, dosen menerangkan, BB itu tidak pernah terlepas dari tangan mereka, lalu saya berfikir “what’s the fuc*’in wrong ? dude “ , apakah ini generasi muda yang dibilang emas ? mereka anti-sosial lebih banyak berkomunikasi lewat BBM dibanding dunia nyata ? saya coba lihat dampaknya… meskipun saya tidak sebutkan semua generasi muda seperti ini, saya hanya akan coba bahas apa yang saya teliti dan pahami seperti yang ada pada lingkungan saya dan yang menjadi fenomena dalam kehidupan saya

GENERASI SAMPAH

Judul diatas sedikit keras, agar kamu semakin membaca tulisan saya , FAKTA : “Pemuda merupakan populasi terbesar dari penduduk Indonesia. Berdasarkan data Susenas Tahun 2006, jumlah pemuda sebesar 80,82 juta jiwa” cek google jika tidak percaya, jumlah ini mengalahkan jumlah pemuda di negara-negara lain baik di eropa ataupun asia, saya tidak akan bandingkan dengan negara maju lain, coba saya bandingkan dengan negara Asia Tenggara saja, pemuda Indonesia sekarang minim prestasi dan kreativitas, meskipun banyak yang sudah berprestasi sampai tingkat manca negara tapi hanya beberapa tidak sebanding dengan jumlah 80 JUTA , apa yang terjadi dengan sisanya, pembahasan terhadap ini akan sangat panjang, karena banyak sekali problematika lain, saya akan coba kupas pada artikel saya selanjutnya, yang saya akan kupas saat ini adalah hal yang mungkin dianggap sepele lagi, yaitu penggunaan Gadget berlebihan

Saya akan mulai bahas terhadap para pemuda beruntung yang ada di lingkungan saya, yang mampu mengeyam pendidikan tingkat kuliah dan bersiap menjadi seorang sarjana, tapi aneh saya sama sekali tidak melihat ada mental seorang sarjana didalam mereka (meskipun tidak semua sekali lagi) , kembali membahas gadget , laptop yang dibelikan orang tua mereka hanya digunakan untuk kepentingan Gaming saja, ketika saya tanya “eh, ada program pascal gak ?” dan saya cek laptopnya ternyata tidak ada sama sekali program/aplikasi untuk kepentingan kuliah, yang ada hanya game dan game, ini menyita waktu mereka , ketika dosen menjelaskan mereka sibuk di barisan paling belakang untuk battle DoTA , saya cuma bilang dalam hati “HEY ! buat apa kuliah ? gak ada waktu lain apa buat main game ?” , saya prihatin terhadap ekspektasi orang tua mereka yang membelikan anaknya gadget canggih, tapi hanya untuk kepentingan game semata (sekali lagi saya tekankan ,tidak semua).Fenomena candu gadget ini semakin nyata, semester pertama IP mereka rusak , pergaulan mereka hancur,dunia sosial mereka kacau, bahkan dalam hal romansa , rata-rata hampir sebagian dari para pecandu DoTA ini Jomblo , bahkan sedikit sekali berinteraksi dengan wanita, mereka hanya berinteraksi dengan Mouse dan Keyboard, apakah pernah terfikirkan oleh mereka ? apa yang dapat dilakukan game tersebut untuk masa depan mereka ? saya sama sekali tidak melarang untuk main game, saya sendiri juga suka main game offline, di PC saya setiap weekend untuk menghibur dan melepaskan rutinitas kuliah, tapi tidak SETIAP SAAT dan SETIAP WAKTU.

 Aneh memang gadget laptop yang seharusnya menjadi pembantu mereka malah menjadi bumerang penghalang kretivitas mereka, lalu saya lihat fenomena ke-dua yaitu BB-Holic biasanya ini digandrungi oleh kaum wanita di kampus, mereka selalu memegang BB di tangan mereka setiap waktu setiap saat, apa yang membuat mereka sesibuk itu ? guru saya yang memiliki 14 perusahaan,3 rumah makan pun hanya membuka BBnya setiap 4 jam sekali, selebihnya berinteraksi dengan orang lain. Saya pernah diskusi kelompok tugas dari dosen, aneh ketika saya menerangkan mereka tidak berfokus pada saya , melainkan pada gadget ditangan mereka, sibuk liat dan jawab pertanyaan pacar atau gebetan,update status Facebook,liat timeline twitter, saya yang sudah berbicara panjang lebar, menjelaskan secara terperinci dan jelas, mereka hanya bilang “Apa tadi ? lo ngomong apa ?” , saya muak dan bilang “gak ada gunanya nih diskusi, biar gue aj yang kerjain sendiri” yap itulah adanya , tugas kelompok hanya saya yang mengerjakan, sementara mereka sibuk bales BBM atau twitter…