Ketika apa yang kita harapkan hanya menyisakan kecewa, sedih dan air mata, lalu apa yang kita anggap sewajarnya menjadi satu hal yang dipermasalahkan, apalagi yang bisa kita lakukan selain Berdoa. Berbicara tentang semua kekecewaan yang ada. Mengadu atas rasa perih yang tengah bertamu. Dan menangis sepuasnya tanpa harus takut terlihat lemah.
Terkadang kesedihan dan kekecewaan adalah salah satu cara Tuhan untuk menyadarkan kita bahwa Ia selalu ada untuk kita, walau tak jarang ketika bahagia kita lupa bahwa seharusnya ucapan terimakasih pertama kali adalah milik-Nya.
Tak kupungkiri, naskah-Mu terlalu sulit untuk kuperankan. Dan skenario-Mu terlalu indah untuk sebuah air mata saat ini. Tapi aku manusia biasa, yang sering terluka hanya karna cinta. Yang selalu menangis, saat kecewa mulai menggoda. Dan kemudian berpaling, jika bahagia Kau sajikan begitu istimewa.
Masihkan maaf itu tersedia untukku? Dan layakkah aku jika harus menangis dalam peluk-Mu?
Namun kecewa begitu sakit. Ingin rasanya selalu berfikir positive. Tentang dia, tentang-Mu, juga tentang skenario hidupku. Maaf jika aku terlalu munafik. Maaf jika aku terlalu hina untuk kembali.
Tapi saat ini aku tau, Kau memelukku dengan Kasih-Mu. Kau menghiburku, dengan sukacita yang Kau berikan dengan cuma-cuma. Dan Kau usap air mataku lalu berkata “kau ciptaan terindah-Ku”. Masih pantaskan air mata ini menetes hanya karna sebuah luka? Aku rasa Kau telah lebih dulu membalut luka itu sebelum menghiburku. Karna kurasa damai saat dekat dengan-Mu.
Ajar aku untuk terus bersabar. Menantikan janji yang Kau ucapkan untukku. Menunggu waktu, yang Kau bilang “Akan tiba saatnya”. Dan Menikmati proses, yang dengan sendirinya akan membuatku semakin dekat dengan-Mu.
Terimakasih untuk segalanya. Untuk setiap naskah yang kuperankan. Untuk skenario yang indah, yang kadang kucaci lebih dulu. Terimakasih,, untuk setiap air mata yang membuatku semakin dekat dengan-Mu. Juga tentang kehidupan yang Kau percayakan untuk kujalani hingga saat ini. Terimakasih 🙂