Aku tak pernah tahu, pada siapa aku harus bercerita. Setiap detik yang berlalu, seakan selalu memberiku pilihan pada sebuah pemikiran. Apa yang harus aku lakukan, sementara rindu seakan mendobrak tiap pintu yang menjadi pembatas antara hati dan logika.
Andai saja kamu tahu, bagaimana sakitnya menahan rindu. Tak berbentuk, tak dapat dibalut, hanya dapat terobati ketika bahumu dapat menjadi tempatku bersandar. Memelukmu, menatap wajah yang selama ini aku rindukan. Hanya itu, sesederhana itu.
Sayang..
Bagaimana kabar hatimu disana? Samakah dengan hatiku yang semakin rapuh karna digerogoti rindu? Tegarkah hatimu menjalani setiap proses yang diberikan oleh jarak? Jika ya, ajar aku untuk itu. Agar aku dapat sejenak terlepas dari sakitnya menahan rindu.
Tuhan..
Sesakit inikah sebuah rindu yang menyelinap diantara relung hati? Bagaimana bisa aku mengelak, sementara rindu dengan gencar merobohkan setiap logika yang kubangun susah payah.
Aku tak banyak berharap. Aku hanya berdoa, semoga saja ini adalah masa dimana Tuhan sedang memproses aku dan kamu. Hingga kelak Ia akan menjadikan aku dan kamu sebagai kita. Yang tak dapat dipisahkan oleh jarak, oleh waktu, juga oleh kerinduan. Dan hanya sebuah Kematian yang akan memisahkan raga, namun bukan hati kita.