Di siang hari bersama dengan teman kuliah. Gw nikmatin makan di sebuah warteg yang ramai karena sesuai dengan kantong mahasiswa. Salah satu kawan gw dengan rakus memilih makanan karena galau dengan mata kuliah kalkulus yang baru saja kami pelajari. Setelah selesai makan siang, kami menuju ke ruangan kelas kalkulus. Dalam perjalanan, teman gw kesel dengan sambal. “Gara-gara gw makan sambel nih, gw jadi sakit perut. Kalau gw ke belakang, gw bias kena omel sama dosen killer”.
Dalam hati, gw tertawa karena sambal itu benda mati kecuali tanaman cabe yang termasuk makhluk hidup. Tapi yang membuat gw tertawa ngakak adalah sebelum gw bersama dengan kawan gw datang ke warteg. Sambal berada di tempat yang benar dengan tenang. Lalu datanglah kawan gw yang mendekati, memilih makanan (salah satu sambal) dan menikmati sambal. Pantaskah sambal dia salahkan? Karena dia yang memilih sambal.
Hubungan memilih makanan dan memilih hati hamper sama. Kalau kita memilih makanan dengan nafsu atau ego (salah memilih makanan), efek yang paling cepat terjadi adalah sakit perut dan mungkin kita akan terkena penyakit lain. Maka kita harus memilih makanan keinginan perut, bukan nafsu atau ego. Begitu juga dalam memilih pasangan, kita harus mengikuti pilihan kita. Kalau kita mengikuti keinginan nafsu atau ego hanya membuat hati kita sakit dan nangis.